

“Hey
Nuri! Cepat kembali ke gua!” perintah Nenek Sihir yang muncul tiba-tiba. Ia
tertawa melengking dan menakutkan. Pakaian dan rambutnya kumal. Badannya kurus
dan bungkuk. Setiap membuka mulut, giginya mengeluarkan pancaran sinar
kekuning-kuningan. Tangan kanannya memegang tongkat berkepala ular naga yang
dari lidahnya mengeluarkan cahaya merah. Tongkat itu adalah tongkat ajaib,
sebagai senjata andalan Nenek Sihir. Di bawah pengaruh sihir itu, Putri Nuri
melesat ke angkasa, terbang mengikuti kemauan nenek sihir.

“Oh,
nenek sihir itu memang jahat sekali. Aku tidak mampu melawannya. Kaulah yang
kutunggu-tunggu. Menurut firasatku kaulah yang mampu menandingi kesaktian nenek
sihir itu,” ucap kakek sakti kepada Pangeran Hawuna sambil memberikan sebuah
cincin bersinar yang menyilaukan. Cincin itu adalah cincin ajaib. Kakek sakti
menekankan bahwa untuk melawan nenek sihir harus berhati-hati dan waspada.
Cincin ajaib harus digosok terlebih dahulu sambil mengucapkan mantra yang harus
diulang tiga kali. Cincin ajaib akan segera mengeluarkan cahaya yang sangat
panas dan akan membakar lawan yang dihadapi. Kakek sakti segera mengenakan
Cincin Sakti di jari manis tangan kiri Pangeran Hawuna. Seketika itu juga
Pangeran Hawuna tampak memancarkan sinar yang berkilauan. Sinar cincin sakti
telah menyatu dengan tubuh Pangeran Hawuna. Keberaniannya semakin bertambah.
Semangatnya berkobar-kobar. “Aku akan menyertai perjuanganmu,” ucap kakek sakti
pelan seraya menumpangkan kedua belah tangannya di kepala Pangeran Hawuna.
Pangeran Hawuna mengucapkan terima kasih dan segera mohon diri.
Suasana
Kerajaan Sangrila gempar, karena pengawal Pangeran Hawuna telah tiba di istana
Kerajaan Sangrila dan melaporkan pada Raja Mahawuni bahwa Pangeran Hawuna telah
diculik oleh nenek sihir penguasa hutan belantara. “Cari sampai ketemu!” perintah
Raja Mahawuni kepada para pengawalnya. Perintah Raja Mahawuni dilaksanakan
dengan menyiapkan ratusan prajurit khusus yang sudah terlatih dan biasa
menjelajahi hutan belantara. Berhari-hari mereka menjelajahi hutan belantara,
tetapi Pangeran Hawuna tidak dapat ditemukan. Mereka menjadi putus asa, tetapi
tidak ada yang berani kembali ke istana karena khawatir mendapat hukuman dari
Raja Mahawuni.


Pesan Moral
:
Belalah orang yang membutuhkan bantuan.Kejahatan pasti akan terkalahkan
dengan kebaikan dan kebenaran.
Baca Juga :
Cerita Loro Jonggrang
Cerita Lutung Kasarung
Cerita Keong Mas
Cerita Cindelaras
Cerita Calon Arang
Cerita Telaga Bidadari
Cerita Asal Usul Kota Banyuwangi
Cerita Manik Angkeran
Cerita Asal Usul Danau Toba
Cerita Putri Tandampalik dari Sulawesi
Cerita Rakyat Karang Bolong
Cerita Tanjung Menangis di Pulau Hamahera
Cerita Ular Dandaung
Cerita Asal Mula Bukit Catu di Pulau Bali
Cerita Lutung Kasarung
Cerita Keong Mas
Cerita Cindelaras
Cerita Calon Arang
Cerita Telaga Bidadari
Cerita Asal Usul Kota Banyuwangi
Cerita Manik Angkeran
Cerita Asal Usul Danau Toba
Cerita Putri Tandampalik dari Sulawesi
Cerita Rakyat Karang Bolong
Cerita Tanjung Menangis di Pulau Hamahera
Cerita Ular Dandaung
Cerita Asal Mula Bukit Catu di Pulau Bali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar