
Selir baginda, berkomplot dengan
seorang tabib istana. Ia berpura-pura sakit parah. Tabib istana segera
dipanggil. Sang tabib mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun
dalam minuman tuan putri. "Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda
sendiri," kata sang tabib. Baginda menjadi murka mendengar penjelasan
tabib istana. Ia segera memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri ke hutan.
Sang patih segera membawa permaisuri
yang sedang mengandung itu ke hutan belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak
mau membunuhnya. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda.
"Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda
bahwa tuan putri sudah hamba bunuh," kata patih. Untuk mengelabui raja,
sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang ditangkapnya. Raja
menganggung puas ketika sang patih melapor kalau ia sudah membunuh permaisuri.


Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras
tersebar dengan cepat. Raden Putra pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden
Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras. "Hamba menghadap
paduka," kata Cindelaras dengan santun. "Anak ini tampan dan cerdas,
sepertinya ia bukan keturunan rakyat jelata," pikir baginda. Ayam
Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu syarat, jika ayam
Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika ayamnya
menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras.
Dua ekor ayam itu bertarung dengan
gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan
ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan
ayamnya. "Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi,
siapakah kau sebenarnya, anak muda?" Tanya Baginda Raden Putra. Cindelaras
segera membungkuk seperti membisikkan sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa lama
ayamnya segera berbunyi. "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di
tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra...," ayam jantan
itu berkokok berulang-ulang. Raden Putra terperanjat mendengar kokok ayam
Cindelaras. "Benarkah itu?" Tanya baginda keheranan. "Benar
Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda."

Pesan moral :
Kebaikan akan berbuah kebaikan sedang kejahatan akan mendatangkan penderitaan.
Kebaikan akan berbuah kebaikan sedang kejahatan akan mendatangkan penderitaan.
Baca Juga :
Cerita Loro Jonggrang
Cerita Lutung Kasarung
Cerita Keong Mas
Cerita Calon Arang
Cerita Telaga Bidadari
Cerita Asal Usul Kota Banyuwangi
Cerita Cincin Sakti
Cerita Manik Angkeran
Cerita Asal Usul Danau Toba
Cerita Putri Tandampalik dari Sulawesi
Cerita Rakyat Karang Bolong
Cerita Tanjung Menangis di Pulau Hamahera
Cerita Ular Dandaung
Cerita Asal Mula Bukit Catu di Pulau Bali
Cerita Lutung Kasarung
Cerita Keong Mas
Cerita Calon Arang
Cerita Telaga Bidadari
Cerita Asal Usul Kota Banyuwangi
Cerita Cincin Sakti
Cerita Manik Angkeran
Cerita Asal Usul Danau Toba
Cerita Putri Tandampalik dari Sulawesi
Cerita Rakyat Karang Bolong
Cerita Tanjung Menangis di Pulau Hamahera
Cerita Ular Dandaung
Cerita Asal Mula Bukit Catu di Pulau Bali
Sumber :
"http://www.elexmedia.co.id/"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar