Search

Tampilkan postingan dengan label Cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 Maret 2024

Abu Nawas Bisa Pindahkan istana Raja Keatas Gunung.

 



Abu Nawas dianggap sebagai salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik ia digambarkan sosok yang bijaksana sekaligus kocak dia juga dianggap sebagai Sufi dan dia juga dianggap sebagai seorang Sufi dan kali ini kita akan menceritakan kisah Abu Nawas yang menyanggupi memindahkan istana raja keatas gunung Baginda baru saja membaca kitab tentang kehebatan Raja Sulaiman yang mampu memerintahkan para Jin memindahkan Singgasana Ratu Bilqis di dekat istananya Hai Baginda tiba-tiba merasa tertarik hatinya mulai tergelitik untuk melakukan hal yang sama mendadak beliau ingin istananya dipindah ke atas gunung agar bisa lebih leluasa menikmati pemandangan disekitar dan Bukankah hal itu tidak mustahil bisa dilakukan karena ada Abu Nawas yang amat cerdik di negerinya Abu Nawas segera dipanggil untuk menghadap Baginda Raja Harun ar-rasyid, setelah Abu Nawas dihadapkan Sanggupkah engkau memindahkan istanaku keatas gunung agar aku lebih leluasa melihat Negeriku tanya Baginda Raja Hai Abu Nawas.

Tidak langsung menjawab ia berpikir sejenak hingga keningnya berkerut tidak mungkin menolak perintah Baginda kecuali kalau memang ingin dihukum akhirnya Abu Nawas terpaksa menyanggupi proyek raksasa itu ada satu lagi permintaan dari Baginda pekerjaan itu harus selesai hanya dalam waktu satu bulan Abu Nawas pun pulang pada hari itu dengan kepala yang pening setiap malam Ia hanya berteman dengan Rembulan Dan bintang-bintang hari-hari dilewati dengan kegundahan Tak ada hari yang lebih berat dalam hidup Abu Nawas kecuali hari-hari ini tetapi pada hari kesembilan ia tidak lagi merasa gundah Gulana Hai dan keesokan harinya Abu Nawas menuju istana ia menghadap Baginda untuk membahas pemindahan istana dengan senang hati pun Baginda akan mendengarkan apa yang diinginkan oleh Abu Nawas.

Ampun tuanku hamba datang kesini hanya untuk mengajukan usul untuk memperlancar pekerjaan hamba nanti kata Abu Nawas apa usul itu hamba akan memindahkan istana Paduka yang mulia tepat pada hari raya Idul Qurban yang kebetulan hanya kurang 20 hari lagi kalau hanya itu usulmu Baiklah kata raja satu lagi Baginda kata Abu Nawas apalagi tanya Baginda hamba mohon Baginda menyembelih 10 ekor sapi yang gemuk untuk dibagikan langsung kepada fakir miskin kata Abu Nawas unsur mau Kuterima kata Baginda menyetujui Abu Nawas pun pulang dengan perasaan riang gembira kini tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan nanti bila waktunya sudah tiba ia pasti akan dengan mudah memindahkan istana Baginda Raja jangankan hanya memindahkan ke puncak gunung ke dasar Samudera pun Abu Nawas akan sanggup.

Desas-desus mulai tersebar keseluruh pelosok Negeri hampir semua orang berharap hak cemas tetapi sebagian besar rakyat merasa yakin atas kemampuan Abunawas karena selama ini Abu Nawas belum pernah gagal melaksanakan tugas-tugas aneh yang dibebankan di atas pundaknya namun ada beberapa orang yang meragukan keberhasilan Abunawas sekali ini saat-saat yang dinanti-nantikan pun tiba rakyat berbondong-bondong menuju lapangan untuk melaksanakan salat hari raya Idul Qurban dan seusai salat subuh sapi sumbangan Baginda Raja disembelih lalu dimasak kemudian segera dibagikan kepada fakir miskin dan kini giliran Abu Nawas yang harus melaksanakan tugas berat itu Abu Nawas berjalan menuju istana di yang diikuti oleh rakyat.

Sesampai didepan istana Abu Nawas bertanya kepada Baginda Raja pun tuanku yang melihat Apakah istana sudah tidak ada orangnya lagi tidak ada jawab Baginda Raja singkat kemudian Abu Nawas berjalan beberapa langkah mendekati istana ia berdiri Sambil memandangi istana Abunawas berdiri mematung seolah-olah ada yang ditumbuh benar-benar aja akhirnya tidaklah sabar Abunawas Mengapa engkau belum juga mengangkat istana aku tanya Baginda Raja hamba sudah siap sejak tadi Baginda jawab Abu Nawas Apa maksudmu engkau sudah siap sejak tadi Kalau engkau sudah siap lalu apa yang kau tunggu tanya Baginda yang masih diliputi penasaran.

Hamba menunggu istana Paduka yang mulia diangkat oleh seluruh rakyat yang hadir untuk diletakkan diatas benda hambat setelah itu hamba tentu akan memindahkan istana Paduka yang mulia keatas gunung sesuai dengan titah Paduka Baginda Raja Harun ar-rasyid pun terpana beliau heran melongo beliau tidak menyangka Abu Nawas masih bisa keluar dari lubang jarum.

Sabtu, 23 Desember 2023

Cerita Saat Iblis Kena Prank Orang Soleh #Ngeprank #Iblis

 Orang sholeh ini telah berhasil menge-prank iblis 




Suatu ketika ada seorang laki-laki yang bertemu dengan iblis lelaki tersebut Lalu berkata Hai iblis 

Bagaimana caranya agar aku dapat menjadi seperti engkau iblis terkejut mendengar pertanyaan laki-laki itu iblis selalu berkata 

Celakalah kamu tidak pernah ada orang yang ingin menjadi seperti aku bagaimana mungkin kamu ingin meminta itu laki-laki itu berkata tapi saya memang ingin menjadi seperti engkau iblis selalu berkata Jika kamu benar-benar ingin seperti aku lalaikanlah sholat dan selalu berkata sumpah meskipun berbohong mendengar jawaban iblis laki-laki itu lalu berkata 

Kalau begitu aku berjanji kepada Allah tidak akan meninggalkan salat dan aku pun tidak akan bersumpah apapun setelah ini mengetahui bahwa lelaki itu hanya ingin tahu hal yang disenangi iblis iblis selalu berkata 

Tidak seorangpun belajar padaku dengan tipuan sedemikian itu kecuali kamu padahal aku telah berjanji kepada Allah tidak akan memberi nasehat yang baik kepada anak-anak iblis pun menyesal akan hal itu.

Cerita Misteri : Cerita rumah hantu Darmo - Surabaya - Jawa Timur - Indonesia

 Rumah Hantu Darmo adalah salah satu tempat paling angker di Kota Surabaya, Jawa Timur. 


Konon, rumah besar yang berada di Jalan Puncak Permai II Nomor 26, Kelurahan Tanjungsari, Kecamatan Sukomanunggal itu dihuni oleh satu keluarga yang diduga melakukan pesugihan. 

Suatu ketika, seluruh anggota keluarga itu meninggal, dan penyebab kematian mereka terasa ganjil. Dalam versi lain, keluarga tersebut berhenti memberikan tumbal berupa nyawa manusia dan menggantinya dengan nyawa binatang. 

Keputusan itu ternyata berujung petaka bagi keluarga kaya raya itu. Suatu hari, saat keluarga itu melakukan perjalanan dengan kapal laut, mereka mengalami kecelakaan. 

Kapal yang mereka tumpangi tenggelam secara misterius. Bahkan kabarnya, kapal tersebut belum ditemukan sampai sekarang. 

Ada dua orang anggota keluarga yang tidak ikut serta dalam perjalanan laut itu. Keduanya sempat tinggal beberapa waktu di rumah mewah tersebut sebelum akhirnya meninggal dunia. 

Dalam versi lain, dua orang yang tidak turut serta dalam perjalanan laut yang menewaskan sebagian besar anggota keluarga kaya raya itu adalah seorang bayi dan pembantu rumah tangga. 

Konon, saat bayi itu sudah tumbuh dewasa, ia dikabarkan rutin datang ke rumah tersebut setiap malam Jumat Kliwon. 

Perempuan itu tidak pernah turun dari mobilnya. Ia hanya meminta petugas keamanan menabur bunga di kawasan rumah mewah tersebut. 


Beberapa orang meyakini bahwa perempuan itu merupakan sang pewaris rumah. 
Cerita Rumah Hantu Darmo bahkan telah diangkat menjadi film.

By. RSW


BACA JUGA :

  1. Download Cerita Anak, Mewarmai dam Pengetahuan Robotic
  2. Dongen Lutung Kasarung Cerita Rakyat
  3. Cerita 1001 Malam - Aladin Dan Lampu Ajaib
  4. Cerita SI KANCIL KENA BATUNYA
  5. Pengenalan Perangkat COMPUTER - Perangkat Keras Komputer
  6. Cara Membuat Papan Permainan ULAR TANGGA dengan Microsoft Office Excel
  7. Bidang Usaha Lama yang Menjajikan Keuntungan
  8. Membuat Rambu-Rambu Lalulintas dengan aplikasi Ms. Paint
  9. Membuat teka-teki dengan aplikasi Ms. Excel
  10. Penangkal dan Penyembuh Virus Corana Covid-19 dalam waktu 2 Hari
  11. Mewarnai Gambar Binatang Buas dan Jinak
  12. Cara Mengecek Apakah Makalah atau Skripsi kita plagiat ?
  13. Cara Cepat Cetak Foto Ukuran 2x3, 3x4, 4x6 dengan Pgrogam PhotoScape (GRATIS)
  14. Cara Print Foto Di Microsoft Word Ukuran 2×3, 3×4, dan 4×6
  15. Cara ganti background Zoom di HP SmartPhone
  16. Bikin Kesal, Ternyata ini Penyebab Laptop jadi Lemot
  17. SSD dan HDD, Apakah benar SSD lebih baik?
  18. Perbedaan Chipset dengan CPU dan GPU
  19. Cara Masuk ke BIOS Laptop Lenovo dengan Tombol F1 atau dari System Windows
  20. Teknik Mempercepat Komputer atau Laptop (Tidak LEMOT)


Minggu, 23 Oktober 2022

Dongen 1001 Malam : Unta Yang Kedinginan (Timur Tengah)



Suatu hari, seekor unta dan pemiliknya akan melakukan perjalanan jauh. Saat itu cuaca sedang tak bersahabat. Pada siang hari, udara terasa sangat panas.Tubuh unta dan tuannya terasa terbakar.

“Tuanku, lebih baik kita istirahat dahulu. Sepertinya aku sudah tak kuat melanjutkan perjalanan,” ucap Unta.

Pemilik Unta merasa kasihan. Akhirnya ia pun memutuskan untuk beristirahat. Hingga sore menjelang, cuaca masih terasa sangat panas. Namun, unta dan tuannya tetap melanjutkan perjalanan.

Malam harinya, udara begitu dingin. Angin menerpa tubuh unta yang kedinginan.

“Lebih baik kita mendirikan tenda dulu di sini. Besok pagi kita lanjutkan perjalanannya,” ujar tuannya.

Unta sangat setuju. Malam ini memang sepertinya tak bersahabat. Pemilik unta lalu mendirikan tenda kecil. Ia tidur di dalam tenda, sedangkan Unta tidur di luar tenda. Duh, Unta merasa sangat kedinginan.

Tubuh Unta serasa menggigil. Ia pun membangunkan pemiliknya untuk meminta sedikit tempat dalam tenda.

“Tuan, apakah aku boleh memasukkan kaki belakangku? Rasanya dingin sekali. Aku takut esok tak kuat untuk berjalan,” ujar Unta.

Merasa kasihan, Pemilik Unta lalu memberikan tempat untuk kaki Unta. Kemudian ia pun kembali tidur. Beberapa jam kemudian, Unta kembali membangunkan pemiliknya. Ia meminta tempat untuk kaki depannya.

“Kedua kaki depanku juga sangat kedinginan. Bolehkah aku memasukkan kaki depanku ke dalam tenda ini?”tanya Unta.

Pemilik Unta membolehkan kaki depan Unta masuk ke dalam tenda. Olala… beberapa jam kemudian, Unta kembali membangunkan pemiliknya. Ia ingin meminta sedikit tempat di tendanya, untuk tubuhnya.

 “Tuanku, aku mohon berikan tempat untukku. Aku terkena flu. Jika aku tetap tidur di luar, maka esok mungkin aku akan jatuh sakit. Jika sakit, mana mungkin kita bisa melanjutkan perjalanan.” ucap Unta.

Melihat Unta yang kedinginan, Pemilik Unta Pun membolehkan Unta masuk ke dalam tenda. Akhirnya, mereka tidur di dalam tenda yang hangat.


Pesan moral dari Dongeng 1001 Malam : 

Unta Yang Kedinginan (Timur Tengah) adalah jika kita berkata baik dan sopan, pasti keinginan kita akan dipenuhi oleh orang lain.


Terima Kasih, Semoga bermanfaat.

Senin, 11 April 2022

Kisah Iblis yang Terbersit Bertaubat Ketika Bertemu Nabi Musa, Namun Begini Akhirnya

 

Iblis merupakan sebuah bentuk kemungkaran manusia. Mereka memiliki bekal maupun segudang cara untuk menyesatkan manusia. Iblis akan selalu berusaha menjerumuskan manusia dalam lembah dosa dan agar mengingkari Allah SWT. Bahkan, hingga hari terakhir, iblis akan menjadi mahluk yang dilaknat Allah.

Meskipun demikian, pernah satu waktu terbersit dalam diri iblis untuk bertaubat. Namun taubat yang dilakukannya tidaklah tulus sehingga ditolak oleh Allah. Sehingga ia pun kemudian kembali melanjutkan misinya untuk menjerumuskan manusia sampai hari kiamat.

Iblis pernah menemui Nabi Musa dan berkata, "Wahai Musa engkaulah orang yang dipilih Allah untuk menyampaikan risalahnya dan Allah berfirman langsung kepadamu. Sesungguhnya aku hanyalah makhluk Allah. Jika aku bertaubat, dan sesungguhnya aku ingin bertaubat maka berikanlah aku syafaat kepada Allah untuk mengampuni ku".

Lalu Nabi Musa salat dan berdoa kepada Allah tentang keinginan iblis itu kemudian Allah mewahyukan, "Wahai Musa, doamu telah diterima dan katakan pada Iblis." Nabi Musa kemudian menemui iblis dan mengabarkan Wahyu yang diterimanya, "Engkau diperintahkan untuk bersujud pada kuburan Adam maka taubatmu akan diterima Allah".

Bukannya segera melakukan perintah Allah, mendengar penjelasan tersebut iblis justru kembali menunjukkan sifatnya. Ia begitu sombong dan kemudian berkata, "ketika Adam hidup saja aku tidak mau bersujud kepadanya, bagaimana aku mau sujud kepada kuburannya ketika ia telah mati?". Ibis kemudian mengoceh dengan berbagai sumpah serapah. 

Iblis kemudian kembali berkata “wahai Musa aku sesungguhnya kamu punya hak kepadaku, karena telah memberikan syafaat kepadaku. Dan ingatlah kepadaku dalam tiga hal yang kau tidak akan binasa kecuali dengan hal itu”.

"Ingatlah kepadaku ketika kamu marah sesungguhnya bisikan kuberada dihatimu, pandanganku ada dalam pandanganmu dan aku mengalir bersama aliran darah mu. 

Ingatlah kepadaku ketika kamu bertemu musuh dalam peperangan, sesungguhnya aku mendatanginya ketika bertemu musuh dalam perang, untuk mengingatkannya pada anaknya, istrinya dan keluarganya agar berpaling". Kemudian, 

"Dan ingatlah kalau kamu duduk di samping perempuan yang bukan muhrim, maka sesungguhnya aku ini perantara bagimu dan perantara baginya (untuk berbuat zina)".Dari kisah singkat ini, diketahui bahwa iblis dengan mudah menjelaskan manusia dalam kebinasaan saat berada di tiga keadaan, yaitu saat marah, saat peperangan berkecambuk dan saat berduaan dengan wanita yang bukan muhrimnya.

Dan dalam banyak riwayat juga terungkap, bahwa pada zaman dahulu iblis seringkali menemui orang-orang saleh, terutama para nabi untuk berdialog dengan mereka. Dari pertemuan itu, seringkali terdapat kata-kata hikmah dari iblis berkaitan dengan strateginya dalam menjerumuskan manusia.



Semoga Bermanfaat
Terima Kasih.


Sumber: dari berbagai sumber


Kisah Nabi Idris AS. di Teriakan Oleh Malaikat Izrail (Malaikat Maut)

 


Terdapat 25 kisah Nabi beserta mukjizat yang dimilikinya, termasuk juga perjalanan dakwahnya di jalan Allah yang sering kita dengar. Diantara kisah-kisah para Nabi itu, terdapat kisah yang menarik dari Nabi Idris AS yang bakal diulas.

Nabi Idris AS merupakan utusan kedua setelah Nabi Adam AS. Ia pernah merasakan kematian dan pernah mengunjungi neraka serta juga pernah mengunjungi surga. Namun saat mengunjungi surga, ia tak mau lagi keluar dari surga tersebut.

Nabi Idris banyak mempelajari berbagai disiplin ilmu. Nabi Idris juga merupakan manusia yang pertama kali menemukan alat tulis dan memahami sebuah tulisan dalam sejarah manusia. Tak hanya itu, ia juga merupakan manusia yang pertama yang bisa memotong dan menjahit pakaian.

Oleh karena itulah, ia juga merupakan manusia pertama yang memakai pakaian berjahit. Dan setiap kali menjahit, ia juga selalu berdzikir kepada Allah SWT. 

Berdasarkan hadist Ibnu Abash yang berkata "Dawud adalah seorang pembuat perisai, Adam seorang petani, Nuh seorang tukang kayu, Idris seorang penjahit dan Musa seorang pengembala" (Al Hakim).

Nabi Idris juga dikenal bersahabat dengan malaikat maut. Suatu ketika, malaikat maut yang dikenal dengan malaikat Izrail rindu kepada sahabatnya.

Malaikat Izrail kemudian meminta izin kepada Allah SWT untuk menemuinya. Setelah Allah mengizinkan, Izrail kemudian menemuinya dalam wujud manusia. Nabi Idris yang melihat mereasa jika pemuda tersebut begitu berbeda dengan manusia pada umumnya.

Nabi Idris kemudian bertanya, "siapa engkau sebenarnya ?"

Kemudian pemuda tersebut menjawab, "saya adalah malaikat maut."

Idris kemudian berkata, "apakah kamu datang kepadaku sekedar untuk berkunjung  ataukah dalam rangka untuk mencabut ruhku?"

Dijawab Izrail "aku datang untuk ziarah atas izin Allah SWT."

Setelah itu, Idris mengatakan kepada Izrail jika ia memiliki keperluan dengannya. Izrail kemudian menanyakan apa keperluan hajat tersebut.

Dijawab Idris, "Hajatku padamu adalah hendaklah kiranya engkau mencabut ruhku, kemudian aku memohon kepada Allah untuk menghidupkanku lagi sehingga aku dapat beribadah setelah merasakan sakitnya kematian."

Izrail kemudian berkata, "aku tidak akan mencabut nyawa seseorang kecuali atas izin Allah SWT."

Atas izin Allah, Nabi Idris dicabut nyawanya karena ingin terus menambah ibadahnya. Rasa sakit Nabi Idris saat kematian 1.000 kali lebih sakit daripada hewan yang dikuliti ketika masih hidup. Meskipun saat itu malaikat maut mencabut ruh dari Idris dengan penuh kelembutan, namun rasa sakit tetap tak terelakkan.

Ia kemudian meminta untuk ditunjukkan seperti apa itu neraka dan bagaimana saja bentuk siksanya. Ia berharap dengan itu akan menambah ibadahnya kepada Allah SWT.

Setelah mendapatkan izin Allah, Izrail membawa Nabi Idris ke neraka. Di situ, Idris merasakan panas dan betapa sakitnya siksaan api neraka.

Dalam Durratun Nashihin, setelah melihat neraka, Nabi Idris kemudian mengutarakan niatnya untuk melihat surga. Malaikat maut kemudian berkata "bagaimana mungkin aku membawamu ke surga tanpa seizin tuhan." 

Setelah itu, Allah memberikan Wahyu kepada malaikat maut untuk membawa Nabi Idris ke surga. Nabi Idris kemudian melihat surga dan segala macam kenikmatan yang ada. 

Nabi Idris kemudian berkata "wahai saudaraku, aku telah  mengalami sakitnya kematian, melihat dashyatnya siksa neraka jahim dan keterkejutan melihatnya. Apakah engkau berkenan memohonkan kepada Allah agar mengizinkan aku masuk kedalam surga dan minum airnya supaya hilang bekas sakitnya kematian dan keterkejutan melihat neraka jahim." 

Malaikat maut kemudian memohon izin kepada Allah SWT untuk masuk surga dan keluar kembali. Nabi Idris kemudian masuk ke dalam surga diiringi oleh pelayan surga. Nabi Idris kemudian ingin meminum air surga. "Bolehkah saya meminumnya? Airnya kelihatan sejuk dan segar sekali." 

Malaikat maut berkata, "silahkan minum, inilah air minum untuk penghuni surga." 

Setelah itu, Idris kemudian meminum air surga tersebut. Ia merasa sangat bersyukur bisa meminum air surga yang begitu segar dan enak itu. Setelah tiba saatnya Idris kemudian keluar surga. Namun setelah keluar ia mengatakan kepada malaikat maut, "Wahai malaikat maut, sandalku tertinggal di surga, maka bawalah aku kembali ke masuk kedalam surga." 

Setelah dibawa masuk ke dalam surga, Nabi Idris kemudian tidak mau untuk keluar kembali. Ia berkata "saya tidak mau keluar dari surga ini, saya ingin beribadah kepada Allah sampai hari kiamat nanti." 

Malaikat maut berteriak, "Wahai Idris keluarlah." 

Idris menjawab, "Aku tidak akan keluar karena Allah telah berfirman, 'tiap-tiap jiwa akan merasakan mati kemudian hanyalah kepada-Mu kamu dikembalikan'(QS Al Ankabut :57)". 

Allah berfirman, "Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagai tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan"(QS Maryam 71). 

Allah SWT juga berfiman, "mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya" (QS Maryam 71). 

Malaikat maut kemudian mendapatkan Wahyu dari Allah, "maka biarkan dia di sana, sesungguhnya aku telah menetapkannya pada zaman azali, bahwa dia memang termasuk ahli surga." 

Allah menggambarkan tentang kisah Nabi Idris kepada Rasulullah SAW. Sebagaimana firman-Nya dalam QS Maryam 56-57, "dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Idris (yang tersebut) di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang membenarkan dan seorang nabi dan aku mengangkat kepada martabat yang paling tinggi." 

kiranya bisa memberikan pesan-pesan moral positif untuk semakin meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT.


Semoga Bermanfaat.

Terima Kasih


Sumber: Dari berbagai Sumber


 

 

Kisah Isra Mi’raj, Nabi Musa Menangis, Mikail Tak Menyapa Kedatangan Nabi Muhammad

 


Isra Mi’raj adalah sebuah kejadian yang sangat sakral bagi umat muslim. Di malam ini Nabi Muhammad SAW diperintahkan sholat oleh Allah swt secara langsung tanpa melalui Malaikat Jibril. Nabi Muhammad SAW pun mengalami kejadian yang sangat menggemparkan dunia.

Diteliti dari etimologi, atau asal usul kata, Isra adalah perjalanan malam hari dari Makkah ke Yerusalem berjarak 1.507,9 kilometer. Penerbangan dengan pesawat terbang saat ini memakan waktu 1 jam 52 menit. Sebelum sampai ke Baitul Maqdis, Malaikat Jibril membawa Rasulullah singgah ke Madinah, Bukit Thursina, dan Bethlehem untuk melakukan shalat. Di Baitul Maqdis, Rasulullah solat diikuti 125 ribu nabi.

Mi’raj adalah perjalanan Rasulullah naik ke  Sidratul-Muntaha ditemani Malaikat Jibril dan menunggangi hewan Buraq untuk bertemu dengan Allah.

Isra Mi’raj merupakan salah satu momen penting dalam perjalanan spiritual dan syiar Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya. Kisah Isra Miraj mengilhami dirinya untuk lebih giat dalam syiar Islam.

Muhammad SAW terlebih dahulu melakukan perjalanan Isra, dari Masjidil Haram menuju Baitul Maqdis. Kemudian, ia melanjutkan perjalanan Miraj dengan menggunakan buroq ditemani malaikat Jibril.

Dalam perjalanan Miraj ke langit ke tujuh untuk berjumpa dengan Allah SWT, nabi Muhammad SAW bertemu nabi-nabi terdahulunya, berbeda nabi di setiap lapisan langit.

Di lapisan langit pertama, Rasul bertemu Nabi Adam.

Di lapisan langit kedua, Rasul bertemu Nabi Yahya dan Nabi Isa.

Di lapisan langit ketiga, Rasul berjumpa dengan Nabi Yusuf.

Di lapisan langit keempat, Rasul bertemu dengan Nabi Idris,

Di lapisan langit kelima, Rasul berjumpa dengan Nabi Harun.

Di lapisan langit keenam, Rasul bertemu Nabi Musa, dan

Di lapisan langit ketujuhRasul bertemu Nabi Ibrahim.

 


Di Setiap Pertemuan, Nabi Muhammad SAW dan para Nabi Bertukar Salam

Dikisahkan Nabi Musa menangis ketika Rasul menghampirinya di langit keenam.

Kelanjutan Kisah Isra Miraj tersebut, Rasul bertanya pada Nabi Musa, kenapa dirinya menangis.

“Aku menangis, karena ada orang yang lebih muda diutus setelahku, tapi umatnya lebih banyak yang masuk surga daripada umatku,” jawab Musa.

Nabi Musa menangis bersedih saat tahu jumlah umatnya lebih sedikit daripada umat Nabi Muhammad SAW. Padahal, Nabi Musa tahu bahwa waktu yang diberikan padanya lebih banyak dari Muhammad SAW. Kisah tersebut tertulis dalam kitab Umdatul Qari.

Musa menangis karena merasa sedih atas umatnya. Jumlahnya lebih sedikit dibanding umat Muhammad, dan keutamannya kalah dari Nabi Muhammad” (Syekh Badruddin Ahmad al-Aini, dalam kitab Umdatul Qari).

Tangis dan sedih Nabi Musa bukan didasari rasa iri, melainkan tangis penyesalan, tahu umatnya banyak membangkang dan melanggar perintah Allah SWT.

Nabi Musa menyesal tidak dapat memanfaatkan usianya yang lebih panjang dari Muhammad SAW untuk mengajak umatnya patuh kepada Allah SWT. Nabi Musa merasa gagal membina umatnya.

“Dikatakan bahwa, Nabi Musa menangis bukan karena hasud (iri). Naudzubillah! Di alam itu tidak ada lagi sifat hasud bagi tiap-tiap orang Mukmin, terlebih hamba pilihan Allah. Musa hanya merasa menyesal karena tidak bisa meraih pahala yang seharusnya bisa mengangkat derajatnya di sisi Allah SWT,” (Syekh Badruddin Ahmad al-Aini, dalam kitab Umdatul Qari).

Selain Nabi Musa Menangis Dalam Kisah Isra Mi’raj, Malaikat Mikail Tak Menyapa Nabi Muhammad SAW

Selain Nabi Musa, dalam kisah Isra Mi’raj ini pun ada kejadian unik yang mana Malaikat Mikail Tak Menyapa Nabi Muhamad saw dan tak senyum kepada nya.

Hal ini terbukti saat Nabi Muhammad SAW melaksanakan Isra’Miraj dan ditemani oleh malaikat Jibril. Para malaikat dan penghuni langit menyambut kedatangan kekasih Allah, namun ada satu malaikat yang memperlihatkan wajah datarnya dan tidak tersenyum sama sekali atas kehadirannya.

Rasulullah SAW pun bertanya kepada Malaikat Jibril, “Siapa malaikat itu dan kenapa aku tidak pernah melihat ia tersenyum?”

Jibril pun menjawab “Ialah Mikail, Ia tidak pernah lagi tersenyum sejak Neraka diciptakan dan diperlihatkan padanya.”

Allah SWT menciptakan Malaikat, yang sejatinya adalah makhluk tanpa hawa nafsu dan senantiasa hanya patuh kepada Allah SWT hingga malaikat kehilangan keceriaannya karena telah mengetahui apa yg ada di neraka.

Begitu dahsyatnya siksaan dan panasnya api neraka yang membuat malaikat Mikail kehilangan keceriaannya karena telah mengetahui

Malaikat Mikail kehilangan keceriaannya karena telah mengetahui begitu panasnya api neraka berikut dengan siksaan yang ada di dalamnya.


Semoga Bermanfaat.

Terima Kasih.


Sumber : Dari beberapa Sumber


Jumat, 01 Oktober 2021

Cerita S i P e l i t

 


 

Seorang yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam di tempat yang dirahasiakannya di tamannya. Setiap hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang. Dia sangat sering melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang mengawasinya, dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si Pelit itu dan suatu malam, dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut dan membawanya pergi.


Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.


Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.


"Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!"


"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"


"Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan marah.


Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.


"Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!"



Pesan :
Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut.

Cerita Dua Orang Pengembara dan Seekor Beruang

 



Dua orang berjalan mengembara bersama-sama melalui sebuah hutan yang lebat. Saat itu tiba-tiba seekor beruang yang sangat besar keluar dari semak-semak di dekat mereka.


 

Salah satu pengembara, hanya memikirkan keselamatannya dan tidak menghiraukan temannya, memanjat ke sebuah pohon yang berada dekat dengannya.


 

Pengembara yang lain, merasa tidak dapat melawan beruang yang sangat besar itu sendirian, melemparkan dirinya ke tanah dan berbaring diam-diam, seolah-olah dia telah meninggal. Dia sering mendengar bahwa beruang tidak akan menyentuh hewan atau orang yang telah meninggal.


 

Temannya yang berada di pohon tidak berbuat apa-apa untuk menolong temannya yang berbaring. Entah hal ini benar atau tidak, beruang itu sejenak mengendus-endus di dekat kepalanya, dan kelihatannya puas bahwa korbannya telah meninggal, beruang tersebutpun berjalan pergi.
 


Pengembara yang berada di atas pohon kemudian turun dari persembunyiannya.
 


"Kelihatannya seolah-olah beruang itu membisikkan sesuatu di telingamu," katanya. "Apa yang di katakan oleh beruang itu"
 


"Beruang itu berkata," kata pengembara yang berbaring tadi, "Tidak bijaksana berjalan bersama-sama dan berteman dengan seseorang yang membiarkan dan tidak menghiraukan temannya yang berada dalam bahaya."


Pesan :
Kemalangan dapat menguji sebuah persahabatan.

 

Cerita Kerbau dan Kambing

 

Seekor kerbau jantan berhasil lolos dari serangan seekor singa dengan cara memasuki sebuah gua dimana gua tersebut sering digunakan oleh kumpulan kambing sebagai tempat berteduh dan menginap saat malam tiba ataupun saat cuaca sedang memburuk. Saat itu hanya satu kambing jantan yang ada di dalam gua tersebut.


Saat kerbau masuk kedalam gua, kambing jantan itu menundukkan kepalanya, berlari untuk menabrak kerbau tersebut dengan tanduknya agar kerbau jantan itu keluar dari gua dan dimangsa oleh sang Singa. Kerbau itu hanya tinggal diam melihat tingkah laku sang Kambing. Sedang diluar sana, sang Singa berkeliaran di muka gua mencari mangsanya.


Lalu sang kerbau berkata kepada sang kambing, "Jangan berpikir bahwa saya akan menyerah dan diam saja melihat tingkah lakumu yang pengecut karena saya merasa takut kepadamu. Saat singa itu pergi, saya akan memberi kamu pelajaran yang tidak akan pernah kamu lupakan."



Pesan :
Sangatlah jahat, mengambil keuntungan dari kemalangan orang lain.

 

Cerita Semut dan Belalang



Pada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah bekerja keras sepanjang musim panas untuk mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah mereka kumpulkan selama musim panas. Saat itu seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut itu memberikan sedikit makan untuk dirinya.


"Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan sepanjang musim panas?"


"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang; "Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu."


Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa gusar.
"Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut, "Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!" Kemudian semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang Belalang lagi.



Pesan :
Ada saatnya untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.

 


Burung Gagak dan Sebuah Kendi

 

Pada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum, seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air.

 

Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi sempit. Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. 

 

Burung gagak tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena kehausan.

 

Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendipun berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut dapat di capai oleh sang burung Gagak.




Pesan :

Walaupun sedikit, pengetahuan bisa menolong diri kita pada saat yang tepat.


Cerita Anjing dan Bayangannya


 

Seekor anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari seseorang, berlari-lari ulang ke rumahnya secepat mungkin dengan senang hati. Ketika dia melewati sebuah jembatan yang sangat kecil, dia menunduk ke bawah dan melihat bayangan irinya terpantul dari air di bawah jembatan itu. Anjing yang serakah ini mengira dirinya melihat seekor anjing lain membawa sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya.

 

Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa bodohnya dirinya.




 

Pesan :
Sangatlah bodoh memiliki sifat yang serakah.


Story The Ugly Duckling

 

Once upon a time down on an old farm, lived a duck family, and Mother Duck had been sitting on a clutch of new eggs. One nice morning, the eggs hatched and out popped six chirpy ducklings. But one egg was bigger than the rest, and it didn't hatch. Mother Duck couldn't recall laying that seventh egg. How did it get there? TOCK! TOCK! The little prisoner was pecking inside his shell. 

 
  "Did I count the eggs wrongly?" Mother Duck wondered. But before she had time to think about it, the last egg finally hatched. A strange looking duckling with gray feathers that should have been yellow gazed at a worried mother. The ducklings grew quickly, but Mother Duck had a secret worry. 
 
  "I can't understand how this ugly duckling can be one of mine!" she said to herself, shaking her head as she looked at her last born. Well, the gray duckling certainly wasn't pretty, and since he ate far more than his brothers, he was outgrowing them. As the days went by, the poor ugly duckling became more and more unhappy. His brothers didn't want to play with him, he was so 
clumsy, and all the farmyard folks simply laughed at him. He felt sad and lonely, while Mother Duck did her best to console him. 
 
  "Poor little ugly duckling!" she would say. "Why are you so different from the others?" And the ugly duckling felt worse than ever. He secretly wept at night. He felt nobody wanted him. 
 
  "Nobody loves me, they all tease me! Why am I different from my brothers?" 
 
  Then one day, at sunrise, he ran away from the farmyard. He stopped at a pond and began to question all the other birds. "Do you know of any ducklings with gray feathers like mine?" But everyone shook their heads in scorn. 
 
  "We don't know anyone as ugly as you." The ugly duckling did not lose heart, however, and kept on making inquiries. He went to another pond, where a pair of large geese gave him the same answer to his question. What's more, they warned him: "Don't stay here! Go away! It's dangerous. There are men with guns around here!" The duckling was sorry he had ever left the farmyard. 
 
  Then one day, his travels took him near an old countrywoman's cottage. Thinking he was a stray goose, she caught him. 
 
  "I'll put this in a hutch. I hope it's a female and lays plenty of eggs!" said the old woman, whose eyesight was poor. But the ugly duckling laid not a single egg. The hen kept frightening him. 
 
  "Just wait! If you don't lay eggs, the old woman will wring your neck and pop you into the pot!" And the cat chipped in: "Hee! Hee! I hope the woman cooks you, then I can gnaw at your bones!" The poor ugly duckling was so scared that he lost his appetite, though the old woman kept stuffing him with food and grumbling: "If you won't lay eggs, at least hurry up and get plump!" 
 
  "Oh, dear me!" moaned the now terrified duckling. "I'll die of fright first! And I did so hope someone would love me!" 
 
  Then one night, finding the hutch door ajar, he escaped. Once again he was all alone. He fled as far away as he could, and at dawn, he found himself in a thick bed of reeds. "If nobody wants me, I'll hid here forever." There was plenty a food, and the duckling began to feel a little happier, though he was lonely. One day at sunrise, he saw a flight of beautiful birds wing overhead. White, with long slender necks, yellow beaks and large wings, they were migrating south. 
 
  "If only I could look like them, just for a day!" said the duckling, admiringly. Winter came and the water in the reed bed froze. The poor duckling left home to seek food in the snow. He dropped exhausted to the ground, but a farmer found him and put him in his big jacket pocket. 
 
  "I'll take him home to my children. They'll look after him. Poor thing, he's frozen!" The duckling was showered with kindly care at the farmer's house. In this way, the ugly duckling was able to survive the bitterly cold winter. 
 
  However, by springtime, he had grown so big that the farmer decided: "I'll set him free by the pond!" That was when the duckling saw himself mirrored in the water. 
 
  "Goodness! How I've changed! I hardly recognize myself!" The flight of swans winged north again and glided on to the pond. When the duckling saw them, he realized he was one of their kind, and soon made friends. 
 
  "We're swans like you!" they said, warmly. "Where have you been hiding?" 
 
  "It's a long story," replied the young swan, still astounded. Now, he swam majestically with his fellow swans. One day, he heard children on the river bank exclaim: "Look at that young swan! He's the finest of them all!" 
 
  And he almost burst with happiness.


- - -   The End  - - -

Story THE THREE LITTLE PIGS



Once upon a time there was a mother pig who had three little pigs.
The three little pigs grew so big that their mother said to them, "You are too big to live here any longer. You must go and build houses for yourselves. But take care that the wolf does not catch you."




The three little pigs set off. "We will take care that the wolf does not catch us," they said. Soon they met a man who was carrying some straw. "Please will you give me some straw?" asked the first little pig. "I want to build a house for myself."

"Yes," said the man and he gave the first little pig some straw.



Then the first little pig built himself a house of straw. He was very pleased with his house. He said, "Now the wolf won't catch me and eat me."
"I shall build a stronger house than yours," said the second little pig.
"I shall build a stronger house than yours, too," said the third little pig.



The second little pig and the third little pig went on along the road. Soon they met a man who was carrying some sticks."Please will you give me some sticks ?" asked the second little pig. "I want to build a house for myself."

"Yes," said the man and he gave the second little pig some sticks. 






Then the second little pig built himself a house of sticks. It was stronger than the house of straw.

The second little pig was very pleased with his house. He said, "Now the wolf won't catch me and eat me."
"I shall build a stronger house than yours," said the third little pig. 




The third little pig walked on, along the road, by himself. Soon he met a man carrying some bricks.
"Please will you give me some bricks?" asked the third little pig. "I want to build a house for myself."
"Yes," said the man and he gave the third little pig some bricks.



Then the third little pig built himself a house of bricks.
It took him a long time to build it, for it was a very strong house.
The third little pig was very pleased with his house. He said, "Now the wolf won't catch me and eat me."



The next day the wolf came along the road. He came to the house of straw which the first little pig had built.
When the first little pig saw the wolf coming, he ran inside his house and shut the door.
The wolf knocked on the door and said, "Little pig, little pig, let me come in."




"No, no," said the little pig. "By the hair of my chinny chin chin, I will not let you come in."
"Then I'll huff and I'll puff and I'll blow your house in," said the wolf.
So he huffed and he puffed and he huffed and he puffed. The house of straw fell down and the wolf ate up the first little pig.



The next day the wolf walked further along the road. He came to the house of sticks which the second little pig had built.
When the second little pig saw the wolf coming, he ran inside his house and shut the door.
The wolf knocked on the door and said, "Little pig, little pig, let me come in."




"No, no," said the little pig. "By the hair of my chinny chin chin, I will not let you come in."
"Then I'll huff and I'll puff and I'll blow your house in," said the wolf.
So he huffed and he puffed and he huffed and he puffed. The house of sticks fell down and the wolf ate up the second little pig.



The next day the wolf walked further along the road. He came to the house of bricks which the third little pig had built.
When the third little pig saw the wolf coming, he ran inside his house and shut the door.
The wolf knocked on the door and said, "Little pig, little pig, let me come in."




"No, no," said the little pig. "By the hair of my chinny chin chin, I will not let you come in."
"Then I'll huff and I'll puff and I'll blow your house in," said the wolf.
So he huffed and he puffed and he huffed and he puffed. But the house of bricks did not fall down.




The wolf was very angry, but he pretended not to be. He thought, "This is a clever little pig. If I want to catch him I must pretend to be his friend."
So the wolf said, "Little pig, if you will be ready at six o'clock in the morning, I will take you to Farmer Smith's field. We shall find some nice turnips for dinner."



"Very well," said the little pig. But the third little pig was a clever little pig. He knew that the wolf just wanted to eat him.
So the next morning the third little pig set off for Farmer Smith's field at five o'clock. He filled his basket with turnips. Then he hurried home before it was six o'clock.




At six o'clock the wolf knocked on the little pig's door. "Are you ready, little pig ?" he said.
"Oh! I have been to Farmer Smith's field," said the little pig. "I filled my basket with turnips and they are now cooking for my dinner."
The wolf was very angry, but he pretended not to be.



Then the wolf said, "If you will be ready at five o'clock in the morning, I will take you to Farmer Brown's apple tree. We will pick some red apples."
"Very well," said the little pig.
Next morning, the little pig set off at four o'clock. He found the apple tree. He was up in the tree, picking apples, when the wolf came along.

 


The little pig was very frightened, but he pretended not to be. He said, "These are fine apples, Mr. Wolf. I'll throw you one."
He threw down an apple, but it rolled away down the road. The wolf ran after it.
Then the little pig jumped down from the tree. He ran all the way home and shut his door quickly. 



The wolf was very angry, but he still pretended not to be.
He went to the little pig's house and knocked on the door. "Little pig," he said, "if you will be ready at four o'clock this afternoon, I will take you to the fair. We will have some fun on the swings and roundabouts."
"Very well," said the little pig. 




At two o'clock the little pig set off for the fair. He had great fun, riding on the swings and roundabouts.
Then he bought himself a butter churn. It looked like a big barrel.
As little pig was going home he saw the wolf coming up the hill. Little pig was very frightened, so he jumped inside his butter churn. 



The butter churn began to roll over and over, down the hill. It rolled faster and faster. It knocked the wolf down.
The wolf did not know what had knocked him down. He was so frightened that he ran away as quickly as he could.
Little pig jumped out of his butter churn and carried it home. 

 


The next day the wolf came and knocked on the little pig's door.
He said, "Little pig, I did not go to the fair yesterday. A great, big thing came rolling down the hill and knocked me over."
"Ha-ha!" said the little pig. "That was me, inside my butter churn!" 




When the wolf heard this he was very, very, very angry indeed.
He said, "Little pig, I am going to eat you up. I am going to climb down your chimney to get you."
The little pig was very frightened, but he said nothing. He put a big pot of water on the fire, to boil. 





The wolf climbed on the roof. Then he began to come down the chimney.
The little pig took off the lid from the pot. Into the pot fell the wolf, with a big splash. And that was the end of the wolf.
The third little pig was too clever for him.




- The End -