Petualangan Sinbad Di Lembah Ular
Beberapa bulan di bashrah.ia menjadi jenuh. Setelah bosan tinggal di rumah yang mewah, sinbad kembali berlayar untuk mengadakan petualangan dan perdagangan.
Kali ini cuaca bagus dan kapal menjelajah dari laut ke laut dan dari pulau ke pulau, serta dimanapun simbad mendarat ia selau bertemu dengan para pedagang, para pejabat tinggi,dan para pedagang dan pembeli, dan sinbad pun menjual, membeli, dan tukar menukar barang.
Sinbad melanjutkan perjalanan dengan cara begini hingga suatu ketika sampai di sebuah pulau indah yang di tumbuhi banyak pepohonan, dengan limpahan buah-buahan masak, bunga-bunga yang wangi, burung-burung yang berkicau, dan sungai-sungai yang sangat jernih, tapi tidak ada satupun penduduk yang tinggal di sana.
Kapten kapal melabuhkan kapal nya di pulau itu, dan para pedagang dan penumpang penumpang lainnya mendarat di sana, untuk menghibur diri mereka dengan melihat pemandangan pohon-pohon dan burung-burung.
Sinbad mendarat bersama yang lain dan duduk di dekat sebuah mata air yang jernih diantara pepohonan. Sinbad membawa makanan, dan duduk disana sambil memakan buah buahan yang lezat. Angin berhembus sepoi-sepoi terasa sejuk, sungguh menyenangkan. Maka sinbad pun tidur-tiduran dan beristirahat hingga tanpa terasa tiupan angin yang lembut dan keharuman bunga bunga mengantarkannya ke dalam tidur yang pulas.
Ketika Sinbad terbangun,ia tidak menemukan satu orang pun di sana. Kapal telah berlayar dengan seluruh penumpangnya,tak satu pedagang atau awak kapal pun yang melihatnya.
Sinbad mencari ke kanan dan ke kiri, tapi tidak menemukan siapa siapa kecuali dirinya sendiri. Sinbad merasa amat sedih dan marah,dan kemarahannya rasanya akan meledak karena rasa cemas, sedih, dan lelah, sebab dia benar benar sendirian di pulau itu tanpa makanan dan minuman.
Sinbad menyesal telah meninggalkan kotanya yaitu kota Baghdad, untuk melakukan perjalanan laut ini. Akhirnya, sinbad bangkit dan mulai berjalan jalan di pulau itu, karena ia tidak bisa duduk diam di suatu tempat. Lalu dia memanjat sebatang pohon tinggi dan melihat ke kanan dan kekiri tapi tidak menyaksikan apapun kecuali pepohonan dan pasir yang ada di pantai.
Lalu dia mencoba mengamati dengan seksama dan melihat suatu benda putih yang besar. Sinbad turun dari pohon dan berjalan ke arah benda itu, hingga ia sampai ketempat itu dan mendapati bahwa bentuk benda itu adalah sebuah kubah putih yang sangat besar dengan ketinggian dan lingkar keliling yang luar biasa.
Sinbad mendekat dan berjalan mengelilinginya tapi tidak menemukan pintu, dan karena benda itu sangat licin, sinbad tidak dapat memanjatnya. Sinbad menandai tempat dimana dia berdiri dan berkeliling mengitari kubah tersebut untuk mengukur lingkar kelilingnya dan mendapati ukurannya ada lima puluh langkah.
Sinbad berdiri, sambil memikirkan cara untuk masuk, karena siang hari sudah hampir berlalu dan matahari sudah hampir terbenam. Tiba-tiba,matahari menghilang, dan suasana menjadi gelap. Maka sinbad mengira bahwa awan sedang menutupi matahari,tapi karena saat itu musim panas,sinbad merasa heran juga. Sinbad mengangkat kepalanya dan memperhatikan benda itu dan melihat bahwa itu seekor burung besar,dengan tubuh sangat besar dan kedua sayapnya terentang,sedang terbang di langit dan menutupi cahaya matahari yang menyinari pulau itu.
Keheranan sinbad semakin bertambah,dan dia ingat sebuah cerita yang pernah di dengar dari para wisatawan dan pengelana bahwa di pulau-pulau tertentu ada seekor burung yang sangat besar, yang dinamakan Rukh, yang memberi makan anak-anaknya dengan seekor gajah, dan dia menjadi yakin bahwa kubah yang dilihat tadi adalah salah satu telur burung Rukh.
Sementara sinbad masih terpesona,burung itu hinggap di atas telur dan mengeraminya dengan sayapnya dan,sambil meluruskan kakinya ke belakang di atas tanah, ia pun tertidur.
Sinbad melepas ikatan sorbannya, memilinnya dengan tali dan,sambil melilit pinggangnya dengan sorbanya itu, mengikatkannya erat-erat ke kaki burung, sambil berkata pada dirinya sendiri," Barangkali burung ini akan membawaku ke sebuah pulau dimana terdapat kota-kota dan manusia. Itu akan lebih baik daripada tinggal di pulau ini".
Sinbad melewatkan malam itu tanpa tidur,karena khawatir bahwa burung itu akan terbang bersamanya sementara dia tidak menyadarinya.
Ketika fajar menyinsing dan hari mulai terang, burung itu bangkit dari telurnya,menyuarakan teriakan keras,dan terbang dengan membawa sinbad ke langit. Burung itu terbang semakin lama semakin tinggi hingga sinbad mengira ia telah mencapai puncak langit.
Lalu burung itu mulai turun secara perlahan,sampai akhirnya dia hinggap di atas tanah, beristirahat di tempat tinggi. Begitu mencapai tanah, sinbad bergegas melepaskan ikatan tubuhnya, sementara tubuhnya masih gemetar ketakutan, meskipun burung itu tidak menyadari kehadiranya dan tidak melihatnya.
Lalu burung itu berjalan menjauh. Tampak nya burung itu memungut sesuatu yang mengeliat dengan cakar nya dari tanah dan terbang tinggi ke langit. Ketika sindbad memperhatikannya dengan saksama,dia menyadari bahwa burung itu telah membawa seekor ular yang sangat besar, yang di bawa burung itu terbang ke laut.
Lalu Sinbad berjalan mengitari tempat-tempat itu dan mendapati dirinya berada di sebuah puncak di atas hamparan lembah yang luas dan dalam sebuah kaki gunung yang besar dan tinggi, begitu tingginya sehingga tak seorangpun mampu melihat puncaknya atau mendaki nya, dan dia menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang telah dilakukannya, dengan berkata, "Mestinya aku masih tinggal di pulau itu, yang lebih baik daripada tempat terpencil ini, karena di sana paling tidak dia masih dapat memakan buah-buahan dan minum dari air sungai nya, sedangkan di tempat ini tidak ada pepohonan atau buah-buahan serta sungai."
lalu dia bangkit dan,dengan mengumpulkan kekuatanya, berjalan di lembah itu dan menyadari bahwa tanahnya terbuat dari intan dan berlian, tetapi lembah itu penuh dengan naga dan ular, yang besarnya sama dengan pohon palem, benar-benar sangat besar sehingga ia dapat menelan seekor gajah.
Ular-ular itu keluar pada malam hari dan bersembunyi pada siang hari, karena khawatir burung Rukh akan membawanya pergi dan memangsa nya. Sinbad berdiri di sana. Ketika hari semakin sore, dia berjalan di lembah itu dan mulai mencari tempat untuk bermalam. Karena takut akan ular-ular itu, dia lupa untuk makan dan minum, dan hanya memikirkan usaha untuk menyelamatkan nyawanya.
Tidak lama kemudian dia melihat sebuah gua di dekat situ. Gua itu mempunyai jalan masuk yang sempit, dan ketika masuk dia melihat sebuah batu besar terletak di pintu masuknya. Sindbad mendorong batu itu dan menutup jalan masuknya dari dalam. Tapi ketika dia memperhatikan di dalam, dia melihat seekor ular besar yang sedang mengerami telur-telurnya. Rambut sindbad berdiri saking terkejut,dan dia mengangkat kepala, menyerahkan diri pada takdir dan kehendak Illahi.
Sindbad melewatkan malam tanpa tidur, dan begitu fajar datang, dia memindahkan batu yang digunakan untuk menutup pintu masuk gua dan pergi keluar, seperti orang yang sedang mabuk, dengan kepala pusing akibat kelaparan yang amat sangat,kurang tidur,dn ketakutan.
Sindbad berjalan-jalan di lembah itu dalam keadaan begini, tiba-tiba ada seekor domba besar yang telah disemblih jatuh di hadapanya,tapi ketika dia melihat ke sekitar,dia tidak melihat siapa-siapa di sekitar tempat itu, dia merasa heran, dan dia ingat sebuah cerita dari para pedagang, wisatawan, dan pengelana bahwa pegunungan intan itu begitu berbahaya sehingga tak sorang pun dapat memasukinya, tapi para pedagang intan mempunyai sarana untuk sampai ke sana.
Mereka mengambil seekor domba, lalu menyemblih, dan memotong-motong daginganya, dan melamparkanya dari puncak gunung ke lembah di bawahnya. Ketika daging itu jatuh, dalam keadaan masih segar, intan-intan itu akan melekat ke daging domba itu. Lalu mereka meninggalkanya di sana hingga tengah hari, ketika burung-burung elang dan burung hering menukik dan menyambarnya dengan cakar-cakar mereka,dan terbang denganya ke puncak gunung. Selanjutnya para pedagang bergegas mendatangi mereka, berteriak-teriak pada mereka, dan menakut-nakuti mereka agar meninggalkan daging itu.
Lalu para pedagang mendatangi daging itu,mengambil intan-intan yang melekat padanya, dan membawanya kembali ke negeri mereka. Tak seorang pun dapat memperoleh intan kecuali dengan cara ini.
Ketika sindbad melihat domba mati itu dan ingat pada cerita tersebut, dia mendekati bangkai itu dan mulai mengambil banyak sekali intan dan menyimpanya ke dalam saku-saku dan lipatan-lipatan bajunya, dan ikat pinggang, dan serta sorbanya.
Ketika dia sibuk melakukan hal itu, sebuah bangkai lain jatuh di hadapannya. Sindbad mengikatkan dirinya padanya dengan sorban, berbaring telentang,menempatkanya di atas dadanya dan memegangnya erat-erat. Jadi bangkai itu di atas tanah.
Tiba-tiba seekor elang menukik ke arahnya, menyambarnya dengan cakar-cakarnya, dan terbang tinggi ke udara denganya dan dengan sindbad yang bergantung padanya. Elang itu terus membumbung ke atas hingga ia mencapai puncak gunung dan,ketika hinggap di sana, dan hendak mencucuk daging itu, tiba-tiba terdengar suara teriakan keras dan suara bising kayu yang di pukul-pukul dari belakang elang itu, si elang menjadi ketakutan dan terbang menjauh.
Sinbad melepaskan ikatan diri dari bangkai,dengan pakain ternoda oleh darah,da berdiri di sampingnya. Tiba-tiba orang yang berteriak pada elang tadi mendekati bangkai dan melihat sindbad berdiri di sana, tapi dia tidak mengucapkan sepatah kata pun, sebab di sangat ketakutan melihat Sindbad.
lalu dia mendekati bangkai, dan ketika dia membalikkannya dan tidak menemukan apa-apa padanya, dia menyuarakan teriakan keras dan berkata,"Sungguh mengecewakan! malang benar! Bagaimana ini bisa terjadi?"
Sinbad pergi mendatangi orang itu. Orang itu bertanya," Siapakah engkau,dan apa yang membawamu ke tempat ini?"
Sindbad menjawab,"Jangan takut, karena aku seorang manusia baik-baik. Jangan khawatir,sebab kau akan menerima dariku sesuatu yang akan menyenangkanmu. Aku menyimpan sejumlah besar intan, yang semuanya lebih baik daripada yang pernah kau dapatkan, dan aku akan memberikan dalam jumlah yang banyak.
Ketika orang itu mendengar ini, dia berterima kasih pada sindbad dan mereka mulai bercakap-cakap. Para pedagang lain,yang masing-masing telah melemparkan seekor domba mati, mendengar sindbad bercakap-cakap dengan kawan mereka,mereka mendatangi sindbad.
Mereka memberi hormat pada sindbad dan mengajak sindbad bergabung bersama mereka. Sindbad ceritakan kepada mereka seluruh pengalamanya. Lalu sindbad berikan kepada pedagang,yang dombanya diikat pada tubuhnya, sebagian besar dari intan-intan itu, dan hal itu membuanya senang, dan dia berterimakasih pada sindbad, dan para pedagang itu berkata,"Demi tuhan, kau telah di beri kehidupan baru, sebab tak seorangpun datang ke tempat ini berhasil lolos dari jurang itu, tapi terpujilah Tuhan yang telah menyelamatkanmu."
Mereka melewatkan malam di tempat yang nyaman dan aman, dan sindbad bermalam bersama mereka, merasa sangat gembira karena berhasil lolos dari lembah ular dan tiba di tempat yang berpenghuni.
Ketika pagi tiba, mereka bangun dan berjalan di sepanjang punggung gunung yang tinggi itu, melihat banyak ular pada lembah di bawahnya, dan mereka terus berjalan hingga tiba di sebuah pulau yang besar dan menyenangkan dengan hutan pohon-pohon kamper, yang masing-masing dapat memberikan perlindungan pada seratus orang. Ketika seseorang ingin mendapatkan kamper, dia membuat sebuah lubang di bagian atas pohon dengan batang pelubang dan menangkap apa yang jatuh darinya. Kmaper cair yang merupakan getah pohon itu, mengalir dan selanjutnya mengeras, seperti permen karet. Setelah itu, pohon akan mengering dan menjadi kayu bakar.
Para pedagang bertukar barang dan persediaan dengan Sinbad dan membayarnya untuk beberapa intan yang di bawa di saku-saku sindbad dari lembah ular
Sinbad membawa barang-barangnya, dan dia pergi bersama mereka, dari kota ke kota dan dari lembah ke lembah, berjual-beli dan menikmati pemandangan negeri-negeri asing dan apa yang telah di ciptakn Tuhan hingga sindbad sampai di Bashrah, di mana dia tinggal selama beberapa hari, lalu menuju Baghdad.
Ketika dia sampai di kampungnya dan memasuki rumahnya, dengan sejumlah besar intan dan banyak sekali barang dan perbekalan, dia bertemu dengan keluargganya dan saudara-saudara yang lain dan memberi sedekah dan membagikan hadiah-hadih kepada seluruh kerabat dan teman.
by: rahmat fauzan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar