Sebaran Tinggalan
Arkeologis di
Gunung Penanggungan
Candi Naga I
Candi
Naga I merupakan bangunan berteras emapt terletak di lereng Gunung Bekel, menghadap
ke timur dengan keringgian 1060 Dpl. Bangunan Candi ini berdenah bujur sangkar,
berukuran 8m x 8m. Tangga masuk kehalaman Candi menempel pada lereng yang
curam. Antara teras satu dengan teras yang lain dihubungkan oleh anak tangga
dengan pipi tangga yang sudah tidak utuh lagi. Teras I mempunyai lima buah anak
tangga dan penampil dengan ukuran tinggi 1,00 m lebar 1,50 m, tebal 1,10 m,
lebar pintu 0,60 m. Teras II mempunyao empat anak tangga. Dinding teras I dan
II Struktur batunya relief masih utuh dan keadaan polos tanpa hiasan. Pintu masuk
dan anak tangga dari Teras II menuju ke Teras III sudah rusak dan pada dinding
teras terdapat hiasan bentuk belah ketupat sebanyak delapan buah. Pada teras
kertinggi yaitu teras ke IV tampak adanya sisa-sisa bangunan pemujaan yang
sudah rusak berat, Ragam hiasan pada Candi Naga I antara lain pelipit Horizontal,
hiasan tumpal, relief taring dan lidah, secara keseluruhan keadaan Candi Naga I dibangun pada masa akhir Kerajaan Majapahit abad 14-15 M.
Candi Naga II
Candi Naga II terletak dilereng gunung
Penanggungan pada ketinggian 1000 m DPL, menghadap kearah barat. Bangunan Candi
berdenah persegi panjang dan merupakan bangunan berteras tiga. Ketiga dinding
teras masih tersusun dengan baik dan tepat di tengah Candi terdapat tumpukan
batu. Di teras I terdapat tangga dengan ragam hias tumpal, dikanan kiri teras
terdapat panil kosong tanpa relief. Dinding II dan III polos tanpa hiasan
kecuali pelipit Horizontal. Diatas teras II terdapat sisa-sisa bangunan
pemujaan. Keadaan Candi sebagian besar rusak. Candi Naga II dibanguan pada masa akhir Kerajaan Majapahit abad 14 – 15 M.
Candi Siwa
Candi
Siwa terletak di lereng sebelah barat Gunung Penanggungan pada ketinggian 1050
m DPL. Bangunan candi berdenah persegi panjang menghadap kearah barat dan
merupakan bangunan berundak berteras lima. Anang tangga batu yang menghubungkan
teras I sampai teras V sudah rusak. Hiasan yang masih ada pada Candi Siwa
adalah panil persegi panjang di dinding teras I berukuran 1,10 m , lebar 0,35 m
, tebal 0,03 m. Di dinding sebelah kiri dan kanan tangga teras II, terlihat ada
hiasan timbul berbentuk medalion diapit oleh sebuah hiasan silang. Hiasan
timbul berbentuk belah ketupat tampak ada di sebelah kiri dan kanan tangga
teras ke III. Keadaan teras ke IV rusak berat dan sudah tidak manampakkan lagi
adanya bangunan altar. Candi Siwa dibangun pada masa akhir Kerajaan Majapajit
abad 14-15 M.
Candi Gentong
Candi
Gentong berada di lereng sebelah barat Gunung Penanggungan atau di sebelah
Selatan Candi Shinta. Dinamakan Candi Gentong karena di tempat ini terdapat
sebuah gentong batu dan bangunan altar pemujaan. Sebagaimana layaknya sebuah
gentong, gentong yang ada di candi ini berbentuk bulat dan berkarinasi datar
dengan ukuran bagian tubuh paling lebar sedangkan bagian dasar mengecil,
seluruh permukaan gentong terdapat sebuah altar permujaan yang berbentuk
persegi empat dengan struktur bangunan, dihias pelipit – pelipit Horizontal
yang makin ke atas melebar. Bagian bawah berfungsi sebagai dasar altar, telah
mengalami konsolidasi Candi Gentong dibangun pada masa akhir Kerajaan Majapahit
abad 14-15 M.
Candi Bayi
Candi
Bayi terletak dilereng barat Gubung Penanggungan pada ketinggian 810 DPL.
Sebenarnya yang dinamakan Candi Bayi adalah dua buah tumpukan batu candi yang
sudah tidak beraturan susunannya. Oleh karena itu sangat sulit untuk menentukan
arah hadap dari candi ini. Diantara tumpukan batu candi terdapat beberapa batu
yang memiliki hiasan pelipit Horizontal dan pelipit miring.
Belum
diktahui secara pasti asal-usul batu candi yang bertumpuk tersebut, karena
sampai saat ini belum ditemukan sumber sejarah yang dapat memberikan informasi
tentang asal batu-batu candi itu.
Candi Shinta
Candi
Shinta merupakan bangunan berteras empat, terletak di lereng sebelah barat
Gunung Penanggungan di sebelah utara Candi Gendong. Keadaan teras I dan Teras
II telah rusak sedangkan teras III dan teras IV masih ada walaupun tidak utuh.
Bekas-bekas anak tangga menuju ke teras I masih nampak ada, tetapi anak tangga
ke teras II, III dan IV sudah tidak ada. Pada teras ke IV yang merupakan teras
paling belakang terdapat sebuah bangunan altar. Candi Shinta dibangun pada masa
akhir Kerajaan Majapahit abad 14-15 M.
Candi Pura
Candi
Pura merupakan bangunan berteras tiga, terletak dilereng Gunung Bekel menghadap
kearah barat. Keadaan bangunan sudah rusak, yang nampak hanya tumpukan
batu-batu andesit berantakan. Pintu masuk dan anak tangga dari teras I ke teras
lain diatasnya sudah tidak ada. Di teras I terdapat batu lepas dengan hiasan
relief motif sulur-suluran, sedangkan struktur bangunan di teras II sudah
banyak yang lepas sehingga batu-batu candi bertumpuk begitu saja tanpa
peraturan. DI teras ini terdapat hiasan relief motif sulur-suluran, bunga dan
mealion. Teras II merupakan teras paling belakang dan tertinggi. Keadaannya
sama dengan Teras I dan Teras II, yang nampak masih setengah utuh adalah
bangunan altar dari batu andesit dengan ukuran : bagian atas : panjang 1,74 m,
lebar 1,14 m. Bangunan altar dihias dengan
relief motif sulur-suluran. Di depan bangunan candi terdapat lumpangan
dari batu andesit dalam keadaan dalam keadaaan utuh berukuran tingggi 0,19 m
diameter atas 0,53 m, diameter bawah 0,31 m. keaadan lubang 0,10 m, Candi Pura
dibangun pada masa akhir Kerajaan Majapahit.
Candi Balekambang
Candi
Balekambang terletak di lereng barat Gunung Bekel pada ketinggian 280 m DPL.
Sebenarnya yang dimaksud dengan Candi Balekambang adalah susunan empat buah
umpak batu berbentuk persegi panjang. Bentuk masing-masing umpak persegi empat,
bagian dasar umpak lebih besar dari pada bagian atasnya dan tanpa hiasan. Ke
empat umpak berdiri di atas batur yang ditinggikan. Dinding batur terbuat dari
tumpukan batu merah, batu candi dan batu gundul yang tatannya sudah tidak rapi
lagi. Karena ada tangga yang rusak disisi timur maka dapatlah ditentukan bahwa
batur candi menghadap ke timur. Di sebelah kanan dan kiri tangga masuk terdapat
dua buah umpak kecil dan batu. Kira-kira 2,50 m di sebelah barat batur,
terdapat dua buah arca yang belum selesai dibuat / unfinish dan sebuah batu
relief melukiskan miniatur bangunan candi serta seorang wanita dalam keadaan
berdiri dengan tangan kanan lurus ke depan sedangkan tangan kirinya memegang
pinggul. Secara keseluruhan candi Balekambang dapat dikatakan dalam keadaan
baik. Candi Balekambang diperkirakan di bangun pada masa akhir Kerajaan
Majapahit abad 14-15 Masehi.
Candi Merak
Candi
Merak merupakan bangunan candi berteras dua terletak di timur laut Gunung Bekel, pada ketinggian 950 m DPL
menghadap ke arah utara. Bangunan candi berdenah bujur sangkar dengan ukuran
5,50 x 5,50 m. Halaman candi cukup luas, di ujung halaman terdapat tangga naik
dengan pipi tangga sudah rusak. Penampil tangga menuju teras batu terdiri atas
lima buah anak tangga. Sisa ragam hias yang nampak pada teras atau berupa
pelipit Horizontal dan motif sulur-suluran. Pada teras dua terdapat ragam hias
pelipit-pelipit Horizontal, motif sulur daun dan motif tumpai dan di puncak
teras ini terdapat susunan batu berbentuk makam terdiri dari jirat segi empat
dan dua buah nisan berbentuk kurwal polos. Pada batu-batu lepas terdapat hiasan
motif bunga padma berhias dan motif awan. Keadaan candi Merak cukup baik. Candi
merak di bangun pada masa akhir Kerajaan Majapahit pada abad 14 – 15 Masehi.
Candi Lemari
Candi
Lemari merupakan bangunan berteras empat, terletak dilereng barat Gunung
Penangguangan atau sebelah Timur dari Gunung Bekal pada ketinggian 950 m DPL.
Menghadap kearah Utara. Denah bangunan candi berbentuk persegi panjang,
berukuran panjang 6,60 m, lebar 5,80m. Tangga yang menghubungkan antara teras
yang satu dengan teras yang lain berada disisi utara bangunan dan terbuat dari
susunan batu gundul. Di teras paling belakang atau tertinggi yaitu teras IV
terdapat bangunan altar dengan ragam hiasa anterfika sudut berbentuk jajaran
genjang dan pelipit-pelipit Horizontal. Keadaan Candi Lemari telah rusak. Candi
Lemari diperkirakan di bangun pada masa akhir Kerajaan Majapahit abad 14 – 15
Masehi.
by: Pertirtaan Jalatunda (Musium)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar