Pertirtaan Jalatunda secara administratif terletak di Dukuh
Balekambang, Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto,
Provinsi Jawa Timur. Secara geografis,
terletak pada 7046’ 39” LS dan 112040’57” BT yang berada di lereng barat Gunung
Penanggungan dengan ketinggian 525 meter dpl.
Riwayat Penelitian
Penelitian
di Candi Jalatunda telah dilakukan oleh beberapa ahli, antara lain Wardenaar pada tahun 1815 dengan melakukan penggalian dan menemukan peripih batu
di tengah-tengah kolam yang berisi abu dan potongan emas dengan tulisan yang
menyebutkan Dewa Isana dan Agni. Pada tahun 1836, Domais
menemukan arca naga dan garuda di sudut kolam induk. Pada tahun 1840 – 1815, beberapa ahli seperti Sieburgh, Yunhung, Van
Hoevel dan Brumund datang dan
mendeskripsikan temuan yang ada. Pada tahun
1937, Stutterheim menemukan dan meneliti sebuah pancuran batu yang
berbentuk silinder yang dianggap sebagai bagian puncak teras Jalatunda. Selain
itu Bosch meneliti arsitektur, seni
hias dan relief Jalatunda. Pada tahun
1967, Soekartiningsih seorang
mahasiswa Arkeologi UGM pernah membahas tentang pendiri dan fungsi pertirtaan
Jalatunda dalam skripsinya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas,
dapat kiranya disusun aspek arkeologis dan kesejarahan, serta fungsi Jalatunda.
Fungsi Pertirtaan
Jalatunda
Bentuk
Pertirtaan Jalatunda yang berbentuk empat persegi panjang dengan teras di
tengah dan puncak pancuran di tengah-tengah ternyata memiliki arti simbolis
sebagai gambaran Mahameru. Dalam konsepsi Hindu, Gunung Mahameru dianggap
sebagai gunung suci tempat bersemayam para dewa. Konsepsi ini sebenarnya telah
dikenal semenjak jaman prasejarah masa megalitik yang mengganggap gunung
sebagai unsur tertinggi tempat bersemayamnya roh nenek moyang.
Pertirtaan
Jalatunda dianggap pula melambangkan pengadukan lautan dalam cerita
Amrtamanthana yang menceritakan proses mendapatkan air suci dengan menggunakan
Gunung Mahameru yang dililit oleh Ular Batara Wasuki. Berdasarkan hal itu,
kolam Jalatunda disamakan dengan lautan sedangkan teras dengan pancuran
berbentuk silindris yang dililit seekor ular melambangkan bentuk Mahameru. Air
yang keluar dari pancuran itu sendiri dianggap air suci atau Amrta.
Candi bukanlah Makam, Bukti arkeologis lain juga menunjukkan bahwa Jalatunda dibangun oleh Raja Udayana pada saat ia berusia 14 tahun. Fungsi pertirtaan ini adalah sebagai monumen pernyataan dan keberadan dari Raja Udayana saat mengundurkan diri dengan bersemedi dalam rangka menghimpun kekuatan yang akan digunakan untuk kembali menduduki tahta di Bali.
Selain relief di
pertirtaan ini terdapat empat buah prasasti pendek dengan huruf Jawa Kuni,
yaitu ;
1.
Angka Tahun 899 Seka di dinding atas sebelah kiri
2.
Kata terbaca Gempeng di dinding atas sebelah kanan
3.
Kata terbaca Udayana di sudut tenggara
4.
Kata terbaca Mragayawati di sudut tenggara.
Empat
inskripso pendek ini semakin melengkapi aspek kesejarahan Pertirtaan Jalatunda.
Banyak para ahli sepakat tahun 899 Saka menunjukkan tahun berdifrinya
Pertirtaan Jalatunda. Bila demikian maka pada tahun tersebut. Udaya berumur 14
tahun.
Inskripsi
angka tahun tersebut menjadi semakin menarik bila dikaitkan dengan cerita yang
ada di relief Jalatunda. Cerita tantang penculikkan Mrgawati yang sedang
mengandung Udayana kiranya dapat disejajarkan dengan proses pengungsian Udayana
di Jawa Timur ketika Bali sedang dilanda paralaya. Peristiwa ini berkaitan erat
dengan inskripsi yang berbunyi gempeng. Muncul berbagai tafsiran para ahli yang
mengartikan Gempeng sebagai lebur, dikubur, wafat, hancur atau rasa sedih. Bila
dilihat dari aspek arsitektur pembangunan pertirtaan ini, maka kata gempeng
dapat diartikan sebagai melebur atau memotong lereng gunung, sehingga kemudian
bangunan ini seakan-akan melebir menjadi satu kesatuan dengan Gunung
Penanggungan.
Adapun
adanya tulisan Udayana dan Mragayawati di dinding teras Jalatunda dapat
dipandang sebagai usaha Udayana untuk memantapkan kedudukannya dengan
menggunakan nama Ibunya yang dalam
naskah dikenal sebagai Mragawati. Delam sejarah perkawinan Udayana
dengan putri Jawa yaitu Gunapriyati dipandang sebagai usaha untuk memantapkan
kedudukannya.
Pertirtaan Jalatunda pada dasarnya merupakan sebuah kolam
dengan ukuran 16 x 13 m yang memiliki orientasi hadap ke barat. Pertirtaan ini
dibuat dengan memotong sebagian lereng barat Gunung Penanggunagan, Di sudut
tenggara dan timur laut terdapat masing-masing sebuah kolam kecil. Di atas
kolam kecil tersebut terdapat bangunan seperti candi, yaitu semakin ketas
semakin meruncing, yang menempel pada dinding belakang. Bangunan ini mempunyai
dua relung yang pada bagian atas masing-masing relung dihiasi kala.
Relung
bagian atas telah kosong, sedangkan relung bawah terdapat arca naga yang
berfungsi sebagai saluran air dari dinding belakang ke kolam kecil.
Tinggalan
arkeologis yang berbentuk relief di Pertirtaan ini telah banyak yang rusak
sebagian tidak diketahhui tempat aslinya. Relief-relief yang masih berada di
tempat aslinya hanya tiga buah yang semuanya terletak di suut timur laut.
Lima
buah relief saat ini ada di museum Pusat Jakarta, sedangkan satu buah ada di
halaman Kantor BP3 Jatim. Walaupun telah tersebar, namun Bosca telah berhasil
menyusun urutan panil relief yang seharusnya berada di tempat aslinya. Isi
cerita relief tersebut dibaca dari sudut Timur Laut (kiri ke kanan). Isi relief
– relief tersebut berpokok pada cerita Mahabrata dan Kathasaritsagara. Cerita
Mahabrata hanya dipahatkan sebagai adegan pokok saja yaitu mulai dari adegan
Palasara bertapa sampai Lanamejaya mengadakan korban ular, sedangkan cerita
Kathasaritsagara diceritakan lebih lengkap. Inti cerita Kathasaritsagara adalah
pengasingan Udayana beserta Ibunya Mrgawari di Gunung Udayaparma. Dalam kisah
tersebut, ketika Mrgawati sedang mengandung Udayana. Ia diculik oleh seekor
burung Garuda dan dibawa ke puncak Gunung. Di Gunung itulah lahir Udayana.
Setelah 14 tahun lamanya dalam pengasingan. Udayana kemudian bertemu kembali
dengam ayahnya Raja Sahasranika.
Dari Penuturan para warga
yang ada disana :
Air
pancuran yang ada di Pertirtaan Jalatinda udah diteliti dan merupakan air
terbening mengandung banyak mineral menempati urutan ke 2 air didunia (yang
Pertama tentunya Air Zamzam).
Banyak ikan-ikan yang bertebaran di bawah pancuran yang tidak boleh semena-mena kita ambil apa lagi menyakitinya (bisa kualat).
Banyak ikan-ikan yang bertebaran di bawah pancuran yang tidak boleh semena-mena kita ambil apa lagi menyakitinya (bisa kualat).
Air
tersebut dapat menyembuhkan beberapa macam penyakit (banyaknya masyarakat baik
dari penduduk setempat maupun luarkota membawa Jerigen untuk dibawa pulang
untuk pengobatan)
Air
tersebut membuat kita awet muda (terbukti dengan banyaknya para panari dan
penyanyi yang datang kesana untuk mengambil air di Pertirtaan Jalatunda).
Kegiatan Rekreasi di tempat lain di sekitar Musium Pertirtaaan Jalutunda ada Outbon :
Kegiatan Rekreasi di tempat lain di sekitar Musium Pertirtaaan Jalutunda ada Outbon :
Sumber : Musieum Candi Jalatunda and +riosepta wardhana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar