Search

Selasa, 29 Oktober 2024

Detektif Rio ; Misteri Naskah Sumpah Pemuda

 



Detektif Rio terbangun dari tidurnya yang gelisah ketika telepon berdering keras di sudut kamar. Pesan darurat dari Museum Nasional: naskah asli Sumpah Pemuda hilang. Ini adalah berita yang mengguncang, terutama menjelang perayaan Hari Sumpah Pemuda.

Rio bergegas menuju museum, di mana suasana kacau menyelimuti. Kurator yang panik menyambutnya dengan wajah pucat. "Detektif, kita harus menemukannya. Naskah itu adalah jiwa bangsa."

Rio mulai menyisir ruang pameran, memperhatikan setiap sudut ruangan dengan seksama. Di tengah penyelidikannya, dia menemukan sebuah jam antik berdebu, tergeletak di lantai. Jam itu berhenti tepat pada pukul 10:00 malam, seperti menyimpan rahasia yang ingin diceritakan.

Tanpa ragu, Rio menyentuh jam tersebut, dan seketika itu juga, dia merasakan tarikan kuat. Tubuhnya terasa ringan, dan dia tersedot ke dalam pusaran waktu. Ketika membuka matanya, Rio mendapati dirinya berada di tahun 1928, di tengah hiruk-pikuk Kongres Pemuda Kedua.

Rio menyaksikan para pemuda dengan semangat membara mengikrarkan Sumpah Pemuda. Namun, dari sudut ruangan, dia melihat bayangan mencurigakan. Seorang pria berwajah dingin tampak mengincar naskah yang baru saja dibacakan.

Rio mengikuti pria itu keluar gedung, melintasi jalanan Jakarta yang masih sepi. Di sebuah gang sempit, pria tersebut bertemu dengan seseorang yang tampak seperti pejabat kolonial. Mereka merencanakan untuk menghancurkan naskah itu, agar persatuan pemuda tak pernah tercapai.

Dengan keberanian yang menggelora, Rio menghadang mereka. Terjadi pertarungan sengit di bawah cahaya rembulan. Rio berhasil merebut kembali naskah tersebut, namun pria berwajah dingin itu melarikan diri, meninggalkan ancaman bahwa perjuangan belum usai.

Rio kembali ke gedung kongres, menyerahkan naskah kepada para pemuda. Mereka berterima kasih dengan air mata haru. Sebelum Rio sempat menjelaskan siapa dirinya, jam antik di sakunya bergetar hebat, menariknya kembali ke masa kini.

Di ruang pameran, Rio muncul kembali dengan naskah asli di tangannya. Kurator dan pengunjung yang cemas menyambutnya dengan sorak sorai lega. Naskah itu kembali ke tempatnya, siap untuk dipamerkan pada perayaan yang akan datang.

Dengan perasaan lega dan bangga, Rio merenung. "Sejarah adalah saksi perjuangan kita. Kita harus menjaganya agar masa depan tetap terarah."


By.@Septadhana


Tidak ada komentar:

Posting Komentar