Dahulu kala, ada seorang Nenek Tua yang sangat miskin.
Pakaiannya, hanya yang melekat di badannya. Itu pun sudah compang-camping.
Pekerjaan sehari-hari Nenek Tua itu sebagai pencari kayu bakar di hutan untuk ditukarkan dengan makanan.
Di saat musim kemarau, di hutan itu, banyak sungai yang kering, dan kekurangan air.
Nenek Tua pun pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar.
Ketika sampai di hutan itu, Nenek Tua itu melihat banyak sekali ikan gabus di tempat yang kekeringan, mereka sedang menggelepar-gelepar.
Dia begitu gembira.
"Mungkin ini rezekiku. Aku akan merasakan lezatnya daging ikan gabus.
Nanti, aku akan goreng sebagian dan sebagian lagi kujual," ujarnya membatin.
Lalu, ia pun jongkok, sambil menyaksikan ikan-ikan gabus yang menggelepar-gelepar itu.
Namun, lama-kelamaan, Nenek tua itu berubah niat, ia menjadi iba.
Akhirnya, ia mengurungkan niatnya mengambil ikan-ikan gabus itu.
Dia hanya diam, sambil memandangi ikan-ikan gabus yang tidak berdaya itu.
Tapi, Nenek Tua itu terkejut.
Tiba-tiba, ia mendengar ada seekor ikan gabus yang paling besar bisa bicara layaknya manusia.
"Ya, Allah, berilah hamba hujan!" ujarnya.
Tak beberapa lama, turunlah hujan lebat.
Akhirnya, Nenek Tua itu berteduh di bawah sebuah pohon.
Sementara, air hujan makin banyak dan memenuhi kembali kolam yang sebelumnya kering.
Ikan-ikan gabus pun berenang-renang dengan girangnya.
Pulanglah Nenek tua itu.
Sepanjang perjalanan, ia memikirkan tingkah laku ikan gabus yang besar tadi.
"Kalau aku minta uang kepada Allah, seperti ikan gabus tadi, minta hujan, mungkin diberi-Nya,"pikirnya.
Sesampainya di rumah, Nenek Tua itu terus memohon diberikan uang kepada Allah.
Ia duduk bersimpuh sambil menengadahkan tangannya,
"Ya, Allah, berilah hamba uang!"
Ia terus memohon kepada Allah. Ia sangat percaya bahwa Allah itu ada. Nenek Tua itu terus berdoa sampai larut malam.
Ternyata, apa yang dilakukan oleh Nenek Tua itu didengar oleh seorang tetangganya yang kaya raya.
"Hai Nenek Tua! Jangan mengganggu orang tidur! Allah nggak bakal memberikan uang kepadamu. Mending kamu pergi ke hutan cari kayu bakar. Itulah rezekimu!” ujar si kaya raya dengan jengkelnya.
Tapi, Nenek Tua itu tidak menggubris kemarahan si kaya raya itu. Ia terus saja memohon kepada Allah sambil menengadahkan tangannya.
Karena jengkel, si orang kaya raya itu mengambil pecahan genting dan kaca kemudian memasukannya dalam sebuah karung. Ia naik ke atas rumah Nenek Tua itu, lalu dijatuhkannya karung itu tepat mengenai tubuhnya.
"Hai Nenek Tua bangka inilah uang yang kau minta,"ujarnya.
Kemudian, Ia turun dan mengintip dari celah dinding kayu yang sudah keropos, ia ingin tahu apa yang akan terjadi.
Nenek Tua itu ternyata pingsan. Namun, tak beberapa lama, ia pun sadar lalu segera memeluk karung itu. Saat dibukanya karung itu, Nenek Tua sangat terkejut, ternyata karung itu berisi uang, emas, dan perak banyak sekali.
Seketika, si Nenek Tua itu menjadi orang kaya raya, bahkan kekayaannya melebihi dari kekayaan tetangganya itu.
Tetangga Nenek Tua yang kaya raya itu iri hati. Lalu, Ia memerintahkan pelayannya agar tengah malam nanti menjatuhkan dua karung berisi pecahan kaca dan genting tepat mengenai dirinya.
"Hey pelayan...!!, Kamu siapkan pecahan kaca dan pecahan genting, masukkan ke dalam karung ini..!" Perintah si kaya pada pembantunya, sambil menyerahkan karung besar.
"Untuk apa juragan??" Tanya si pelayan, bingung.
"Sudah kamu lakukan saja perintahku, nanti tengah malam kamu naiklah ke atap rumah. Nanti aku akan berdoa, setelah aku selesai berdoa, kamu jatuhkan karung itu ke atas tubuhku" Kata si kaya, menjelaskan.
"Tapi... Gan..., !??" Pelayan itu ragu.
"Sudah jangan banyak tanya!! Lakukan saja perintahku!!" Bentak si kaya.
"Ba... Ba... Baik juragan" jawab pelayan itu, sambil berlalu membawa karung besar tadi.
Malam telah tiba, saat tengah malam, si kaya raya itu memohon dengan menirukan apa yang pernah dilakukan oleh Nenek Tua itu.
“Ya Allah, Berilah hamba uang yang banyak!”.
Kemudian, pelayannya segera menjatuhkan dua karung pecahan kaca dan genting tepat mengenai badan orang kaya yang serakah itu. Ia pun pingsan.
Tak lama, orang kaya itu pun sadar. Setelah sadar, ia memeluk kedua karung itu dengan tangannya yang terluka dan patah. Lalu, ia membuka karung itu.
Alangkah kagetnya orang kaya yang serakah itu, ternyata pecahan kaca dan genting itu tidak berubah menjadi uang, emas, dan perak.
Dia sangat sedih melihat kenyataan itu.
Kini harta bendanya habis dijual untuk makan dan berobat.
Namun, untungnya masih ada orang yang mau menolongnya, yaitu Nenek Tua yang sudah berubah menjadi orang kaya raya, si Nenek Tua tetangganya itu.
Sumber :
Buku Bahasa Indonesia Jilid 4a, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI Tahun 1975.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar