Search

Sabtu, 07 Februari 2015

Kejayaan dan Masa Ke Emasan Kerajaan-Kerajaan di Indonesia Bg.02

Kerajaan Banten


Kerajaan Banten pada awal abad ke-16, merupakan salah satu pelabuhan perdagangan Kerajaan Pajajaran. Bangsa Portugal datang dengan niat mendirikan pos dagang di Sunda Kelapa, Banten.

Akhirnya, Sunda Kelapa berhasil direbut dari Portugal pada tanggal 22 Juni 1527. Sejak saat itu, Sunda Kelapa oleh Faletehan diganti namanya menjadi "Jayakarta" yang berarti kemenangan penuh. Tanggal 22 Juni sekarang ini diperingati sebagai HUT DKI Jakarta.


Pada masa pemerintahan Hasanuddin putra dari Faletehan, wilayah kekuasaan Banten mencapai daerah Lampung.
Faletehan sendiri mengundurkan diri dan pergi ke Gunung Jati di Cirebon dan akhirnya wafat tahun 1570.

Itu sebabnya Faletehan mendapat gelar sunan Gunung Jati.
Hasanuddin wafat tahun 1570, kemudian digantikan putranya yang bernama Pangeran Maulana Yusuf.

Wilayah kekuasaan Banten bertambah setelah berhasil menundukkan kerajaan Pajajaran yang berpusat di Pakuan.

Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.

Kerajaan Banten Wilayah dan Kekuasaannya ;




Kerajaan Tarumanegara



Setelah agama Hindu di terima di Kutai pada abad ke-4, pengaruhnya meluas ke Jawa Barat pada pertengahan abad ke-5.

Pada abad ini, sekitar tahun 450 Masehi, berdirilah Kerajaan Tarumanegara di hulu sungai Cisadane, dekat kota Bogor.

Pemakaian kata Taruma tampaknya berkaitan erat dengan kata tarum, yang berarti sejenis tumbuhan perdu yang disebut juga sebagai pohon Nila. Tumbuhan ini banyak terdapat di daerah Jawa Barat, yaitu sungai Citarum.

Keberadaan kerajaan Tarumanegara dapat diketahui dari prasasti yang ditemukan di pinggir sungai Ciaruteun, Ciampea, Bogor.

Dalam prasasti disebutkan bahwa raja yang termasyur dari kerajaan Tarumanegara adalah Purnawarman.
Bukti ini juga dijumpai di dalam beberapa prasati lain dari sekitar Bogor, yaitu prasasti Kebon Kopi,   prasasti Jambu,    prasasti Pasir Awi,    dan prasasti Cianten.

Di sekitar Jakarta, ditemukan prasasti Tugu dan prasasti Lebak. Prasasti-prasasti tersebut menggunakan bahasa Sangsekerta dengan huruf Pallawa.

Pada prasasti Ciaruteun ditemukan gambar telapak kaki dan laba-laba. Menurut isi prasasti telapak kaki tersebut merupakan telapak kaki Raja Purnawarman.

Diketahui pula bahwa kehidupan masyarakat pada masa itu adalah sebagai petani, peternak, dan pelaut. Namun, riwayat kerajaan ini setelah raja Purnawarman mangkat tidak pernah diketahui lagi.

Kerajaan Tarumanegara Wilayah dan Kekuasaannya ;





Kerajaan Aceh


Kerajaan Aceh didirikan pada tahun 1514 Masehi oleh Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan Ibrahim.

Ibukotanya bertempat di Kutaraja (sekarang Banda Aceh).
Kerajaan Aceh semakin berkembang setelah Malaka direbut oleh Portugal hingga perdagangan Islam memindahkan kegiatan ke Aceh.

Kerajaan ini mencapai zaman keemasan pada abad ke-16 dan ke-17. Sultan Ali Mughayat Syah kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Salahuddin.

Namun, karena ia gagal menyerang Malaka pada tahun 1537 Masehi, Salahuddin kemudian digulingkan oleh Alauddin Riayat Syah al-Kahar pada tahun itu juga.

Masa kejayaan kerajaan Aceh dicapai saat diperintah Sultan Iskandar Muda pada tahun 1607-1636 Masehi.
Ia mampu memperluas kekuasaannya hingga ke Semenanjung Malaya. 

Armada lautnya merupakan armada terkuat di Selat Malaka.
Sultan Iskandar Muda kemudian digantikan oleh Iskandar Thani hingga tahun 1640.

Kejayaan Aceh mengalami kemunduran sejak diperintah oleh sultan-sultan yang lemah. Terutama karena adanya pertikaian di dalam kerajaan sendiri dan kedatangan Belanda ke Aceh.

Kerajaan Aceh Wilayah dan Kekuasaannya ;




Kerajaan Samudera Pasai


Kerajaan ini muncul, setelah kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran (abad ke-13), dan para pedagang asing mengalihkan perhatiannya ke daerah pantai timur laut Aceh, di Lhokseumawe, Aceh Utara.

Raja pertama adalah Sultan Malik as-Saleh. Selain sebagai sultan pertama di Samudera Pasai, ia juga merupakan raja Islam pertama di Indonesia yang memakai gelar Sultan.

Penemuan nisan Sultan Malik as-Saleh yang berangka tahun 1297 Masehi membuktikan  pendapat tersebut.

Setelah wafat, sultan digantikan oleh Sultan Muhamad yang bergelar Malik at-Tahir hingga tahun 1326 Masehi.

Pada tahun 1326 M, ia digantikan oleh Sultan Ahmad yang bergelar Malik az-Zahir.

Pada tahun 1345 Masehi, Ibnu Battutah, seorang musafir atau pengembara Maroko yang sedang mengadakan perjalanan ke Cina, singgah di Samudera Pasai.

Catatan yang dibuatnya menyebutkan bahwa Samudera Pasai merupakan bandar Internasional dengan tata cara pemerintahan mirip dengan raja-raja Islam di Persia.

Kerajaan Samudera Pasai mengalami kemunduran pada abad ke-15, saat pemerintahan Sultan Ahmad. 
Kedudukannya sebagai bandar Internasional digantikan oleh Malaka.

Kerajaan Samudra Pasai Wilayah dan Kekuasaannya ;



by: Kerajaan Indonesia Pg. 02

Tidak ada komentar:

Posting Komentar